Wednesday, June 6, 2012

Semestaku

Gadis di foto ini memang bukan siapa – siapa. Bukan, dia berbeda. Dibalik senyum cerianya, terpancar dari sorot matanya betapa rapuh dirinya. Lima tahun aku telah mengenalnya, bermula dari kebetulan – tidak ada kebetulan, aku yakin ini takdir – bertemu dengannya disebuah tempat khursus di Bali. Disetiap gerak geriknya seperti memberitahu semua orang yang dia jumpai bahwa dia sangat bahagia, dia begitu ceria, iya ceria… dulu. 



Setahun berpisah, lagi – lagi kebetulan – takdir – mempertemukan kami pada momen – momen awal masa putih biru. Lega rasanya memasuki lingkungan yang benar – benar baru bagimu dan menyadari bahwa ada seseorang kawan lama di antara ratusan tatapan orang – orang asing. Dia masih gadis dua tahun lalu, senyuman masih tepaku di wajahnya. Pada tahun pertama di bangku sekolah menengah pertama, pembagian kelas seperti membentangkan jarak diantara kami. Dan setahun kemudian, tanpa sebab yang jelas, kita kembali dekat. Tebukti bahwa persahabatan ini merupakan hubungan tanpa syarat. Namun saat itu, aku merasa jiwa yang bersarang pada tubuhnya bukan lagi jiwa yang dulu. Jiwa itu kini meredup, jiwa yang tidak berani lagi untuk mencintai setelah cinta itu yang menghancurkannya dan paku yang menancapkan senyum di wajahnya telah lenyap. 




Seperti langit, aku akan selalu ada untuk matahariku. Walau bagai malam, terkadang dia pergi, meninggalkanku dengan siluetnya bersama rembulan. Namun, aku bahagia. Karena disisiku, para bintang senantiasa menaburkan cahayanya. Waktu berlalu, kini aku menyadari mereka semua selalu bersamaku – langit. Matahari dan bintangku selalu berada disini bersamaku, namun ada waktu dimana raga mereka tak kasat mata namun kasih sayang mereka masih terukir di relung hatiku. Di pagi hari aku akan bersama matahari yang memainkan trik sulapnya untuk menyembunyikan bintang dibalik pancaran kehangatannya. Di malam hari matahari beranjak namun tidak lupa menitipkan sinarnya pada sang rambulan dan bintang tetap setia. 




Aku bersyukur untuk menjadi langit yang tak pernah sendirian dan mulai saat itu aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan selalu ada di samping mereka, selalu. Karena aku tau bagaimana rasanya ketika tidak ada seorang pun disampingmu. Kini layaknya langit, aku akan selalu menopang mereka sekuat tenaga dan tak pernah membiarkan mereka pergi dari sisiku. Karena tanpa mereka, diriku hanya sebuah lapisan tipis tanpa warna. Aku hanya bisa berharap, alam tak pernah berpikir untuk menghancurkan semesta tempat kami kebetulan saling mengenal, menyapa dan menyayangi serta mencintai.




Karena foto ini diambil pada pagi hari, hanya ada matahari yang menemaniku. Coba tebak dimana para bintang. Mereka - para bintang - sedang disembunyikannya di dalam buku karya Winna Efendi. Karena dengan membaca buku – buku ini kau akan menemukan beribu bintang di lembaran demi lembaran. Bintang yang menjadikan bukunya selalu tampak cantik dan berpendar. Bintang yang menyertai buah karyanya ke tempat dimana bintang berada. Menjadikan buku – buku ini akan selalu bersinar terang.




Diikut sertakan dalam Quiz Giveaway Winna Efendi - Truth or Dare (ft. Yoana Dianika) disini.

1 comment:

gisna dasilva said...

Senyummu kayak om-om -__-